Laju Perkembangan Jurnalistik Dunia dan Indonesia

Perkembangan jurnalistik didunia dan Indonesia

  1. Awal mula sejarah jurnalistik dunia

Smith_Premier_trade_card

             Awal  mula  muncul jurnalistik merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM). “Acta Diurna”, adalah  papan pengumuman yang mewakili  produk jurnalistik pertama yaitu :  pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Bapak pers dunia adalah  Julius Caesar namun sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” setiap harinya. Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan).

         Selanjutnya Kegiatan penyebaran informasi melalui tulis-menulis makin meluas pada masa peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari serat tumbuhan yang bernama “Phapyrus”. Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama dengan nama “King Pau” atau Tching-pao, artinya “Kabar dari Istana”. Tahun 1351 M, Kaisar Quang Soo mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali. Penyebaran informasi tertulis ini maju sangat pesat sejak mesin cetak ditemukan oleh Johan Guttenberg pada 1450. Koran cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg, Jerman. Salah satu peristiwa besar yang pertama kali diberitakan secara luas di suratkabar adalah pengumuman hasil ekspedisi Christoper Columbus ke Benua Amerika pada 1493. Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah “Journalism”. Saat itu terbit surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris.

           William Randolph Hearst dan Joseph Pulitzer keduanya menjadi  rantai surat kabar yang dimiliki di Amerika Barat, dan kedua makalah didirikan di New York City: Hearst New York Journal pada tahun 1883 dan Pulitzer New York Dunia pada tahun 1896. Misi mereka menyatakan untuk membela kepentingan umum, perang sirkulasi dan pelukan mereka pelaporan sensasional, yang menyebar ke surat kabar lain. Akhirnya di Amerika Utara, lahirlah sekolah beken dalam urusan jurnalis, Columbia School of Journalism pada 1912 oleh Joseph Pulitzer. Pada abad ke-20. Ilmu dan teori jurnalisme semakin berkembang, kode etik dilahirkan, teknik pemberitaan diperluas. Nama-nama harum, seperti Hunter S. Thompson, Hearst, atau Tom Wolfe, mengembangkan jurnalisme sebagai teknik dan konglomerasi. Berkat pulitzer pulalah maka diadakan pulitzer award bagi bara jurnalis berbakat.

  1. Sejarah jurnalistik indonesia

KORAN

            Awal mula jurnalistik diIndonesia adalah pada jaman belanda. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa dipicu oleh  penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.

 

           Pada masa pendudukan Jepang, Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.

          Saat indonesia merdeka pemerintah menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih.

            Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh jelas yang diberikn dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Independen yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.

           Masa titik terang bagi pers muncul ketika presiden BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi. Kini, Kegiatan kewartawanan diatur dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 yang dikeluarkan Dewan Pers dan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau KP.begitulah penyebaran jurnalistik atau pers menyebar diIndonesia.

Referensi :

http://homework-uin.blogspot.com/2009/12/sejarah-jurnalistik.html

http://novytania.blogspot.com/2012/10/sejarah-jurnalistik-indonesia.html

http://forumwartawanindonesia.blogspot.com/2012/01/sejarah-jurnalistik-dan-perkembangannya.html

http://opanyurnalis69.wordpress.com/2012/10/09/sejarah-jurnalistik-dan-perkembangannya-di-indonesia/

http://id.wikipedia.org/wiki/Jurnalisme

http://wantysastro.wordpress.com/2012/10/05/sejarah-jurnalistik-di-dunia-dan-di-indonesia/

http://bresseeiffel1.blogspot.com/

http://aliefnews.wordpress.com/2008/01/11/materi-journalis/

Tinggalkan komentar